Senin, 16 September 2013

Nice to meet you again

Feelingku mulai bekerja lagi. Logikaku terpatahkan, brutal. Melihat fakta yang berjalan didepanku. Panas, bukan cuma masalah pikiran, yang jelas batinku, lemah sekali mengkajinya.

Benarkah akan terulang kembali? Dan, mungkinkah hanya akan terbalik? Fana. Sangat peka namun tak berperasaaan.

Rembulan dilangit, mungkin inikah waktu terakhirku menikmatimu bersamanya? Tanpa ada perjanjian dan perjuangan dimasa mendatang? Ah! Realita.

Minggu, 23 Juni 2013

Sajak ...

Seperti biasa aku diam tak bicara
Hanya mampu pandangi
Bibir tipismu yang menari

Sajak inilah yang pernah membuatku bergetar. terkadang, aku bisa sangat merasakan keberadaaanmu. Bahkan hangat. Namun, dibelahaan waktu lain kau nampak jauh dan lepas.

"Aku selalu becanda tapi ngga pernah main - main"

Iya, selalu ngga main main dalam becandamu. Sahutku dalam hati. Mencoba mengikiskan harapku.

Percaya atau tidak orang semacam ini ku temui dalam kehidupanku. Absurd, konyol dan menggelikan.
Hal yang lebih konyol adalah saat 5 detik sebelum aku On Air, lelaki ini datang dan mengacungkan jempol padaku, tanpa menatapku. Entah, aku hanya bisa membalasnya dengan senyumanku, yang menurutku cukup manis. He? Entahlah, jempol yang tak seberapa tadi menurutku, hmmm bisa mendorongku untuk lebih semangart. Haha freak ya!


Lanjutkan saja langkah kita
Rasalah....
Rasalah....
Apa yang terasa

Ahh

Suatu pagi, Dia bercerita padaku. Dia (yang lain) juga bercerita padaku malam harinya. mereka berdua bercerita tentang satu hal yang sama, yang sering disebut dengan : Cinta.
cinta itulah yang juga membutakan mata hati mereka, hingga tak dapat melihatku yang juga mencintai gadis yang sama.

Jumat, 21 Juni 2013

Bolehkah?

Bolehkah aku beri kekagumanku?
Bolehkah aku melirikmu setiap waktu?
Bolehkah aku mencuri senyumanmu?
Bolehkah aku berlindung dibalik pelukmu?
Bolehkah kau jadi impiku?
Dan, Bolehkah ku pinta kau jadi milikku?

Rencana Juni #2

Apa iya ada rencana Juni part 2?
Kenapa aku nampak bersemangat membuat agenda lagi? 

Tampaknya aku tak sadar ini bulan Juni.
Bulan dimana kamu berjanji untuk datang. 

Setahun sudah janjimu melayang.. Sayangnya aku masih menulis.. 
 
Setelah pulpenku berhenti menuliskan agenda, tiba tiba perasaanku menghilang.
Aku takut kehilangan rencana ini. 

Aku takut yang kutuliskan, hanyalah tulisan.
Aku takut tak melihatmu dibulan Juni sesuai harapanku ..

Mei #2

Hai Mei.
Bagaimana kabarmu?
Aku rasa tak jauh berbeda.
Hanya saja....
Entahlah. Mei ku dan mei-nya skg berbeda. Aku sendiri tanpamu, dan kaupun telah hebat disana.
Aku selalu rindu kamu di mei..
Tapi, aku tak ingin sedih di Mei
Mei ku telah terisi sekarang,
Allah Maha Bijak, membiarkanku merasakan keindahanmu di Mei ini.
Aku jadi tahu..
Terimakasih Mei. Bersahabatlah dengan manusia Tuhan. Bersyukurlah kamu, hai manusia. Mei ini harus disyukuri ;))

Nyelo~

Niatnya sih mau nyelo, sekalian melanjutkan dana yang pernah terkumpul waktu wisata ke kota Pacitan. (iya yang bertujuh itu, yang Reza sendiri itu, dan yang aku lagi galau itu. Sekarang? Masih!)

Sisa uang ga banyak tapi cukuplah untuk akomodasi ke Dieng~
Minggu malam kami bersiap - siap di rumah, kost dan tempat tinggal kami. Mengemasi barang bawaan dan mempersiapkan diri.
Senin pagi, Reza sudah siap dengan mobil Toyota Rush-nya di parkiran kampus MMTC YOGYAKARTA. Dan Vian-pun disampingnya. Sungguh mereka cocok sekali. Layaknya sahabat yang saling menerima kekurangan serta kelebihan yang mereka miliki. Akrab sekali. Hampir mirip bahkan. Haha :))

Diyas, sudah 'nangkring' di atas motor Honda Supra X nya dan berkemeja hitam dengan kaos warna pink. Nice! Kamu selalu tahu dimana letak gantengmu, Yas. :))

Kiki personil wanita yang biasanya tampil tomboy ini tumben-tumbenan mau liburan pake jilbab agak ribet. Ya gapapa lah ya, kita lihat seberapa dia tahan ;)

Terakhir Bhoteng. Cowok yang satu ini seperti biasa. Mukanya 'kumuh' bak tak pernah tersentuh air. Mbok mandi to, Theng!

Personil lengkap!
Sebenernya sih, kurang Pink. Yah karena suatu hal dia ga bisa ikut kita. Dan kita pun langsung Cuss!

Seperti lagu 'lewati gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudra'

Benar benar berlenggak lenggok. Seperti lele ketika berenang, sungguh kelak keloknya mempesona! Ngomongin soal lele, jadi inget lele yang kita temukan di warung makan Pasar Wonosobo. Hmmm gede nan.

Then, perjalanan ini begitu kelok kelok dan minta kelon #eh maksudnya dinging puol. Di mobil aja gitu dinginnya, apalagi nyampenya nanti ya? (?!#*@)

Brrrrrrrr.... !!
Dieng Pass. Salah satu tempat yang kami harap bisa melepas kedinginan yang memeluk kami. Begitu sampai di home stay. Kami solat, letak - letak barang dan cus berangkat ke Candi Arjuna. (niatnya gitu tapi....)

Kiki "dingiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin"

Kita ber 5 pun juga mengiyakan. Hmm

Well, kita sampai di Kompleks Candi Arjuna (check in dolo)
Kompleks candi ini nampak biasa namun filosofinya tinggi lho.
Disana ada 5 candi. Yah keempat candi ini juga punya cerita.

Pulang dari Candi Arjuna kita mampir solat Magrib di Masjid. Nah, katanya Bhoteng sih ya, masjid ini bagus banget. Dan alhamdulillah emang Bhoteng ga bohong (baru kali ini) : bener bagus masjidnya!

Kita solat disana, dan seperti diawal tadi. Airnya .. Iya, airnya .. Hooh airnya! Duingin pol! Bbrrr ....

Sembari menggigil setelah solat kami mencari makan malam. Hmm makan apaaah? Makan apa aja deh yang ada. Itu baru jawaban tepat!

Nasi goreng, magelangan, mie dok dok. Hmm menu di Jogja banget. Tapi ga ada yang lain nih tuips! Trus aku kudu piyek? ~
Akhirnya, pesanlah kami. Sembari memesan kami ceplas ceplos dan ditanggapi sama Pak Kusir (yo uduk lah) sama chef yang lagi masak alias bakule. Beberapa menit kemudian terjadilah percakapan ngapak-ngapak getoh. Antara siapah? Ya Kiki dong sama mas bakul. Haha kepriwek kepriwek. Harmonis banget :))

Karena tujuan selanjutnya kita adalah Sunrise Sikunir. Maka kami buru buru pulang, utk cepat cepat istirahat. Tapi ternyata kita dipertemukan dengan seorang pemandu wisata. Namanya Hanafi. Bekennya Voo. Nyambungnya darimana kami sama sekali tidak tahu dan tidak kepengen ngomongin itu. Maaf ya.

Obrol punya obrol, kami pagi pagi jam setengah 4 janjian untuk dijemput mas Voo. Dan sekarang? Makidur! Alias mari kita tidur! Eitss! Tunggu.. Karena yang disewa kamarnya itu 2. dan kami para putri yang cantik jelita (baca : Bertin dan Kiki) ga berani bobok sendirian. Alhasil aku dan Kiki ngerusuhi kuartet itu, dan terjadilah percampuran diantara kami. Hahaha

Bangun jam 3 dan mas Voo sudah siap didepan Home Stay Dieng Pass dengan motor trailnya. Duh jadi inget, hmmmm..
Inget mas pandu! Puas?!

Perjalanannya sama, kelak kelok dan gelap. Tetapi terjawab sudah ketika sampai diatas sana :)







Next Destination : Telaga Warna.
Gak cuma permen, atau rainbow cake aja yang berwarna. Salah satu telaga yang ada di Dieng Wonosobo juga.





Mie Ongklok Longkrah.
Apa itu? Jadi mie ini adalah sajian kuliner khas wonosobo. Beda seperti mie ayam, mie nya gepeng, bertabur sayuran yang berlapiskan kuah yg manis banget! Biasanya disajikan dengan sate sapi. Kata Pak Waluyo, si pemilik warung mie ongklok ini, sate sapi emang yang paling cocok. Hmm kalo aku cocoknya sama siapa? *eng* *abaikan*

Dari Mie Ongklok, kita bergegas ke mobil lagi dan cusss untuk pulang ke Jogja!
Tapi, sebagai anak yang berbakti, sahabat yang pengertian, pacar yang baik (aku sih enggak, enggak punya maksudnya), kita pasti inget dong ya sama mereka. Alhasil kita memutuskan utk berhenti di sebuah pasar. Dan kita memutuskan untuk membawa buah tangan khas wonosobo : bukan mie ongklok, bukan tempe kemul tapi Carica.

Sebuah minuman segar khas daerah dataran tinggi ini sangat menggoda kami untuk memborongnya. 2 setengah lusin. Berhasil kami bawa pulang. Dan uang di kantongpun kosong. Cling. Bener!
Jangan salah. Kita pulang tidak dengan tangan kosong ini bukan berarti kita dalam kondisi baik baik aja lho ya :))
Perselisihan baru saja dimulai, kawan. Karena ada yang kepengen beli Carica banyak tapi duitnya kurang (aku), karena ada yang pengen beli Carica tapi gamau turun dan cuma nitip (vian), karena pingin beli Carica dan pingin mecahin duit (diyas) karena pengen beli Carica karena anak anak semua udh pada beli (kiki) karena pengen beli Carica dan pake uang orang lain (bhoteng) dan terakhir, karena kepengen beli Carica dan sok menengahi (Reza). Yah.. Karena beberapa alasan inilah suasana memanas di dalam Rush-nya Reza. Kalau saja Rush bisa bicara, mungkin dia akan berkata "Brisik!" dan minta kami turun, mungkin.
Perselisihan ini selesai karena ada pengakuan dari seoarang gadis sok polos yang duitnya kurang. (baca : bertin)
Setelah semua ngotot-ngotot, emosi, nyanyi-nyayi sendiri, ninggal tidur. Akhirnya selesai juga persoalan ini.. :))

Well, selain bawa Carica, buah yang mirip sama Kates ini salah satu temanku bawa oleh -oleh lain : Kentang. Katanya sih, buat ibuknya.

Dan demi kenthang!! Haha kata kata ini sering keluar dari mulut lelah kami. Dan tak terasa (kroso banget kalik) perjalanan yang entah berapa jam, entah berapa kilo, entah ngabisin berapa duit ini, akhirnya yang jelas sampai rumah, mandi dan kita tidur di rumah masing - masing.
Cuma beda jam doang, nyenyaknya tidur tetap ada dikasur dan hawa biasanya ya. Dan nyatanya meski dengan hawa syumuk tapi kita tetap menikmati.
Hmmm Dieng. Rasanya pengen terus disana tapi ga pengen dipeluk sama dinginmu. Dan Jogja. Kadang panas, kadang ujan eh kadang dingin kadang panas banget. Hmm, Indonesiaku. Kaya sekali dirimu! Tsaaah ~







Miss Netherland

Minggu, 09 Juni 2013

Dosa Termanis

Manis, Satu hal yang terlintas ketika aku mengingat wajahmu. Senyum damaimu, suara khasmu dan gesture mu, semuanya sempurna! Sempurna bilamana kau berada disampingku.
Kamu memang hebat. Bisa berada ditempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan : Hatiku dan hatinya.
Kamu pintar, tetap bisa membuatnya nyaman padamu meski rasa nyamanku padamu bertambah 
Kamu rapi, bisa mencicipi masakanku tanpa berfikir tentangnya
Kamu bijak, bisa membuatku bersabar ketika aku menantimu bersamanya
Kamu, dosa termanisku ;) *wink*

Kamis, 23 Mei 2013

Aku Rindu Percikan Apimu

Sembab mataku adalah bukti betapa seringnya aku menangisimu ..
Garis kerut pipiku terbentuk sempurna juga karna telah lelah menunggumu ..
Dan, masihkah engkau ingat dengan sayatan ini?
Sayatan ditanganku hanyalah bukti prahara kita pernah terjadi
Kamu, kamu terus menghantuiku dengan keindahanmu.. dengan pesonamu.. dan dengan gagahmu,
Lihatlah dirimu dalam cermin, tak ada yang menggandengmu disana, tak ada yang menemani makan malammu, dan apakah cukup terpenuhi sarapan pagimu tanpa kopi panas buatanku?
Dengarkan aku, tak ada rasa sesalku pernah menjadi bayangmu,
Bahkan, karena sebuah percikan apimu waktu itu, kini aku menantimu ..


Minggu, 07 April 2013

Entah. Mengapa Api tetap menyala dikala hujan deras?


Seorang teman menasehatiku agar aku tidak bermain api. Aku terdiam, berfikir dan menjawab kata-kata yang keluar dari mulutnya tadi. Tetapi sebelum aku menjawab, kata-katanya tadi terdengar begitu risih ditelingaku, meski rasanya dekat. Aku bingung dengan diriku, ketika aku menemukan kata-kata yang ingin aku ucapkan, saat itu temanku memotong “tapi, yaa enggak apa-apa sih, main apinya sekarang aja, mumpung masih muda”
Aku semakin gelisah, tanpa sadar kuucapkan kata demi kata dengan lirih, layaknya orang bergumam. Hanya bergumam. Beberapa saat setelahnya keningku masih mengerut, masih terbungkam mulutku untuk berucap. Dan suasana di teras rumah itupun hening.
“Apa iya aku sedang bermain api? Menyulut api, bahkan punya korek saja tidak. Bagaimana aku bisa bermain api? Apalagi disaat hujan seperti sore ini” temanku kaget mendengar suara kecil yang keluar dari muka yang masih saja tertunduk
“Melewati jalan menuju rumah yang berpenghuni itu sudah tercipta sebuah tujuan. Meski jalan itu banyak, meski penghuni rumah itu sedang tidak ada ditempat, dan meski penghuni rumah itu yang mengajakmu masuk. Kamu sedang melewati episode ketiga, episode perluasan cabang”

Breeeeeees …. Hujan semakin deras. Mataku berlarian dan gigiku terus  mengatup, layaknya kepanikan itu dekat denganku.  Perlahan aku tenangkan diri, selagi temanku singgah ke dapur.
“Pakailah jaketku, dan ini .. minumlah. 10 menit lagi mie rebusnya siap”

Aroma harum kopi susu itu menari-nari di depan hidungku, tapi masih saja aku diam. Tak menyentuh kopi, tidak pula pada jaket. Aku juga tak menaruh harapan pada semangkuk mie rebus yang dijanjikannya.
Perlahan ku angkat wajah muramku, ku rebahkan senyum kecilku, dan ku beranikan diri menatap wajah temanku.
“Dingin ya?” lalu kuambil jaket tebal yang ada di kursi rotan itu. kuambil pula secangkir kopi yang sama sekali tidak menggodaku.
“Hmm. Masih panas kopinya” tapi aku masih menggenggamnya, ku letakkan dipangkuanku. 
Tanganku masih memeluk cangkir kopi yang ada dipangkuanku, baru saja ingin ku angkat cangkir itu, tiba tiba tarikan lembut terasa ditangan kananku. Pandangan matakupun bergeser ke arahnya “Ke meja makan aja yuk, mie nya udah mateng”
Tak lama, diangkatlah cangkir kopi dalam pelukan tanganku olehnya. Akupun beranjak berdiri dan berjalan mengikuti temanku yang telah lebih dulu. Dia membukakan pintu kursi untukku dan mempersilahkanku duduk manis.
“silahkan dinikmati tuan puteri, ini special buatanku” suara hangatnya terasa sekali ditelingaku, rekahan senyumannyapun turut bangga mempersilahkanku, seperti aku benar-benar seorang wanita dambaanya.
Senyuman kecilkupun perlahan mengembang “terimakasih chef handal”
“kok chef sih? Aku kan bukan chef” nadanya sedikit merendah
“Hhhmm?? Ouh, iya maaf, mister koki hebat” sambung ceriaku sembari memberikan senyuman terbaikku
“Lah.” Sambil menepuk jidatnya. “ Itu sama saja, tadi aku kan manggil kamu tuan puteri, berarti aku pangerannya”
Sesaat setelah kalimat itu berhenti diujungnya. Deringan ponsel temanku tadi mengeras. Tanda sebuah pesan baru.  Dan wajahku memerah.
“Tunggu dulu ya, aku buka bbm dulu” pintanya padaku sembari meninggalkan ruang makan.
Aku tak menjawab, hanya menunduk pelan dan berusaha melarikan pandanganku pada sekeliling rumah itu. Menghapuskan rona merah pada pipi, menstabilkan debaran jantung yang sempat mendadak cepat dan mempersiapkan senyuman seadanya.
Begitu temanku kembali, aku sama sekali tak menyambutnya. Hanya mengutak-atik mangkuk mie didepanku.
“udah lapar ya? Mari makan” ajaknya padaku, sambil melepaskan genggaman ponselnya ke meja makan.
“hmm. Lumayan. Sekarang boleh makan beneran, Pangeran?” candaku malu malu menyambung ajakannya
“ehmmm. Eugh.. i-iya, boleh, ayuk ayuk” jawabnya terbata-bata. Entah aku tak tau mengapa dia begitu gugup di depanku sekarang. Matanya juga tak lagi teduh menatapku. Dia melahap mie rebusnya begitu cepat, seperti waktu yang begitu cepat berjalan. Tak ada yang bersisa dalam mangkuknya. 
Aku mencoba menawarinya untuk menyantap mie ku. Tapi temanku tidak mengiyakanku, menurutnya lelaki lebih duluan selesai itu biasa. Dan setelah tawaranku tak diindahkannya tadi, entah ada apa suasana telah kembali nyaman. Satu demi satu perbincangan kamipun mulai meluas. 
Aku masih belum menghabiskan mie ku. Aku masih menikmati kehangatan kuahnya. “nikmat! Mie-nya enak, nggak pake bumbu siap saji sesuai seleraku, pangeran”
Melihat senyumannyapun aku lahap menghabiskan mie rebusku. Setelah ucapakanku selesai, kemudian perbincanganku semakin hangat dan tatapan matanya tak berpindah dariku yang sedang menyantap mie rebusnya.
Karena aku sedikit gugup, sembari mengunyah, aku mengaduk mie rebusku. Tapi, mendadak aku melihat sesuatu dibalik mangkuk beningku. Semakin cepat aku melahapnya, semakin jelas ukiran yang ada dimangkuk itu. Aku semakin penasaran. Dan sampailah aku diakhir sendok. Tempo lahapku mendadak pelan dan tak bernafsu.
“kenapa gak dihabisin?” tanyanya bingung
“iya, aku makan kok” lahapanku berakhir dan aku bisa melihat dengan jelas ukiran yang ada dibawah mangkuk beningku. Sebuah nama tak terlupa : Mira. Nama tunangannya.

Bahagia Itu Sederhana



Bisa terbang cantik :) 
 Bisa terbang "Yihaa"
Bisa terbang rame - rame di depan Gedung Sate, Bandung


Bisa ngeliat kuartet terbang, meski ada yang tertinggal
Yang terakhir, bisa menggapai bintang di Pacitan

Dan menggapai bintang di depan Gedung Sate, Bandung 

                                              Tunggu gapaian bintangku untukmu ya ...............

Jumat, 05 April 2013

Tuhan, Dia Begitu Indah

Terimakasih Tuhan, makhlukMu di depan mataku begitu indah
Tuhan, sungguh suatu anugrah buatku bisa berkenalan dengan manusiaMu ini
Tuhanku, Subhanallah..
Hanya satu kata ini yang terus kuucapkan untuk menguatkan imanku..
Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang Lagi Maha Mengetahui 
Terimakasih Ya Allah telah Kau pertemukan kami, dia.. Sahabat yang baik :))

Rabu, 20 Maret 2013

Ruang Suara~

*percakapan dengan sahabat*
BG : Bertin, masih siaran? Mbok aku diputerin lagu
Aku : Hehe, udah enggak skarang
BG : Lha kenapa?
Aku : Gantian sama adek adek tingkat, soalnya itu radio komunitas *emmm

Rasanya jawabanku itu salah, entah mengapa aku merasa ada yang tertinggal atau semacam terngiang ketika aku mengucap nama mmtc radio jogja.

Yah! Mulai dr sini aku bercerita tentang itu. Itu? Apa itu? Ya apalgi kalo bukan ......
THE NEXT GENERATION CHANNEL !

Itu adalah nama station radio dan taglinenya.
MMTC Radio menjawab keinginanku, tepatnya segala rasa penasaranku dengan dunia broadcast pada masa putih abuabuku dulu.
Bagaimana bersiaran, mengolah materi, improve, menyusun playlist, mengoperatori sebuah siaran sampai menyalakan radio itu! (bukan sekedar on off, tapi mulai dr menyalakan pemancar, yah ini yg paliiiiing spesial)

Setahun, merupakan waktu yang cepat tapi membosankan pula menurutku. Yah jujur aja, berkutat dengan sebuah komitmen dan dikombain dengan idealis para penghuni, aku akui cukup memusingkan, pun memuakkan!

Namun disetiap rasa enek, marah, jengkel bahkan sengit selalu ada flirting, respect, believe dan senyuman dan ledakan tawa pastinya. Tentu saja hal itu akan menguatkan hati untuk tetap tinggal disebuah tempat pojok kecil di gedung c itu.
Wajar bagiku sebuah organisasi terdapat pro kontra (pak Jokowi juga mengakui)

Nah, apasih yang kita ambil dari pro kontra? Jalan tengah!
Bener? Bener! Tapi ga segampang itu :))

Disini, kali pertama aku menemukan keluarga setelah aku lepas dari masa abu abu putihku. Sebelumnya, aku perkenalkan dahulu siapa saja mereka!

Ada 21 orang yang masuk dalam anggota mmtc radio! They are ........

Maulida, Ibnu, Riri, Kiki, Dodik, Rani, Bayu
Bertin, Reza, Yuyun, Wan, Angga Lapo, Vian, Fadly
Diyas, Prama, Ayu, Ali, Mika, Moly, Hadi


Mbak Resty selalu bilang ''nanti kalian pasti kena seleksi alam, yaa siapa yang mau bertahan dia yang akan tetap tinggal''

Nah semakin lama, kata - kata itu sudah mendarah daging. Siapa yang membutuhkan ilmu, relasi, dan niat untuk belajar pasti akan menghargai betapa susahnya mendapatkan itu semua. Menghargai. Sebuah kata yang simpel, sering diucapkan, namun jarang sekali mengindahkan sebuah kata tadi.
Susah memang, namun inilah perjuangan. Kuncinya hanya kesadaran dan komitmen.
Selamat Pagi Perjuangan, aku bangga pernah jadi bagianmu, wahai MMTC RADIO! Semoga suaramu makin hebat dan makin bersahabat dari generasi, ke generasi :))

@bertinakbar
@mmtcradiojogja

Sabtu, 16 Maret 2013

Alhamdulillah dibilang 'enak'

Hehe .. Yang bilang enak itu cuma beberapa orang sih, tapi mereka itu yang nyobain kok. (Yaiyalah)

Pancake ala ala ~~

Pertama, yang bilang Pancake buatanku 'enak' adalah ...... Yu Gini ! Hahahaa. Dia adalah Yu ku, (Yu adalah sebutan buat kakak perempuan di jawa. Panjangnya sih 'mbak ayu, mbak yu eh jadi yu' gitu cyin..)
Nah, Yu Gini ini bilang kalo Pancake buatanku enak, manis dan pas! Haha (tak ulangin skali lagi)
Yu Gini ini riwayatnya adalah ngasuh aku dari kecil. Haha jadi ga ada alasan ya bilang pancake ku ga enak? Wkw :D
Dia tau banget soal aku, dan dia pasti akan menjaga perasaanku meskipun hatinya gundah. Loh? :))

Yang kedua adalah Nisa, Kiki dan Ayu Pink. Yaah ketiga temanku yang kupaksa makan Pancake buatanku. Hahaa. Waktu itu, kita lagi di dalam kendaraan dan aku membuka toples berisi Pancake ini, (pasti harum dong). Nah, untung ada si Nisa, dia pecinta Pancake. Nah Nisa inilah yg menyodor2kan Pancake buatanku ke Mulut Kiki dan Ayu. Hahaa secara gak langsung aku bahagia mereka makan pancake-ku, tapi secara gak langsung juga aku gak keliatan maksa, kan Nisa yang nyodorin Pancakenya ke mulut kiki dan ayu. Hahahahaa alhasil aku mendapatkan dua buah kata yang cukup pelit tapi untungnya makna : 'enak ber'

Berikutnya, Siapa lagi kalo bukaaaaaaaaaaan. Ibuku! Haha
Bahagia bukan kepalang kalo sang bunda mengucapkan 'masakanmu enak dek' duh aku udah ngebayangin Ibuku bakal muji, bakal nanya nanya gimana bikinnya kok bisa enak dan lain lain hahaa tapi yang keluar dari bibir indahnya hanyalah 'Ah cuma kaya terang bulan we'
Waaaak! *Jedor*
Hahaha aku malah justru lebih seneng, soalnya ibuku ngasih senyuman, hmm senyuman yang bisa ku artikan rasa senangnya terhadap apa yang aku lakukan! Sekecil apapun, aku sudah berusaha. Segagal apapun, pasti ku lahab habis habisan :))

Guys, Makan Pancake enak itu biasa. Tapi kalo bikin pancake sendiri dan enak? Itu baru luar biasa! Selamat makan :D
Kapan giliranmu saudaraku? ;)

Dua kue - kue lainnya yang terus aku bikin.. Bhahaha :D

Sabtu, 26 Januari 2013

"Males"

Aku yo ra reti artine kui opo
Aku yo ra reti ngopo nulis iki
Aku yo ra reti rasa ne pie nek ngono kui

Yo maaf nek aku rung reti kudu pie nek koe ngono
Yo maaf nek aku isih ngene
Yo maaf aku mung iso ndonga supoyo ..........................................................

Malah Ngopo Ber ?!@#

Awal awal aku masuk semester lima. Awal awal aku masuk dalam bayang semuku. Maksudku, bahagiaku yang semu.
Aku masih mantap untuk menahan egoku agar aku bisa merubah sikapku, memperbaiki latarku dan aspek kekuranganku. Hanya untuknya.
Bodoh, sempit, kanak-kanak, itulah aku. Hanya sebatas memikirkan untuk memperbaiki diri kemudian melihatnya kembali, sudahkah Ia melakukan hal yang sama? Sudahkah Ia berkorban pula untukku?
Ah, semu. Semuanya semu.
Aku kembali terperangah mellihat bayangan yang hadir melengkapi seseorang disana, yah tepat menduduki kursiku, maksudku menduduki yang kemarin pernah aku singgahi.
Sudahlah, kalo orang jawa bilang 'mambu'
Wis mambu, raiso dinget meneh.
Mambu ya mambu. Mambu kaya kamu. Mambu kaya hubunganku sama kamu. Mandek lan buntu. Mambu, wes, sampun mambu. Sampun kadaluarso.
Dan spertinya jika membicarakan yang mambu itu ga etis ya twips :))

                                                                               ****
Tuhan memberiku sebuah jalan lain, yah aku kira itu juga cobaan. Yah, sepertinya memang aku gagal memanfaatkannya kembali.
Jalan lain itu juga agak sat. Agak buntu, jalannya juga terlalu macet, terlalu banyak yang lewat, terlalu menarik untuk tidak dilewati soalnya. Dan aku salah seorang yang pengen banget ngelewatin. Tapi ....
Ternyata jalan itu ngasih space khusus buatku, Subhanallah.
Aku bisa lewat dengan mudah, dengan hangat dan dengan nyaman.

Jalanstimewa
Jalan jalan di kota istimewa, mana lagi kalo bukan Jogja.
Pas jalan, nemu seorang cowok. Hmm Brian Jikustik. Pesonanya nyanyiin lagu Puisi nya Jikustik. Bbbbeeeeh! Sedaaaaap. Merinding banget. Apalagi ada Sandy Sondhoro. Tak pernah padam. Mak, suaranyaaaaa!
Aku sih ya, ikut nyanyi, berdiri bahkan. Lha kok ada yang diem aja?
Iseng. Aku bilang
"Ternyata kamu orangnya pendiam ya?"
"Iya, aku pendiam dan ga suka banyak bicara"

Ada satu kalimat lagi yang aku pengen denger, tapi mulutnya mengunci. Diem. Oh brati dia emang mau menikmati musiknya dengan serius! (?)

Well, itu gak penting, yang penting aku nonton duduk berdua, eh beribu-ribu orang sih sebenernya, namanya juga di gedung konser. Tapi, ah entahlah.
Waktu itu si cantik Mbak Andien masih kurus tapi anggun, terus si manis Monita juga manisnya mak.
Yang subur cuma si Mbak Rieke Roeslan yang seneng banget bisa ngajak audience nyanyi bareng.
Yang romantis banget pasangan Endah And Rhesa. Tapi sayang yang ganteng gak ada. Eh Ya yang disebelahku itu, tapi dulu.
Dan dulu, (sepertinya sudah) mambu :S

Kamis, 03 Januari 2013

(Masih) Galau

Ini bukan tentang aku dan kamu, bukan pula tentangnya, apalagi tentang kamu dengannya, sangat bukan!
Ini tentang aku dan kotaku, Jogja!

Jogjakarta yang dulu ku kenal tak begini
Jogjakarta yang menjadi saksi tumbuh dan berkembanya aku, kini telah berubah

Usiaku memang baru 20 tahun, namun Kota Jogja tengah berusia 257 tahun.
Dan aku hanyalah sebagian kecil dari Jogja. Namun aku kecewa bukan main ketika Jogja menjadi seperti ini.
Macet, Padat dan bejubel dimana-mana.
Aku baru sebentar merasakan perubahan jogja.
Lalu, bagaimana perasaan orang - orang terdahulu jika tahu Jogja menjadi seperti ini sekarang?

Jogja memang kota budaya, kota pendidikan yang terus mengundang manusia manusia untuk datang ke Jogja.
Namun, semakin hari, semakin banyak pendatang, area perbisnisanpun kian tinggi,
sehingga tumbuhan dan lahan yg luas pun sangat minim dijumpai.

Sedih bukan main, ketika merasakan Jogjaku seperti ini.
Tak hanya orang asli Jogja, mungkin, pendatangpun juga merasakan hal yang sama. Sumpek dan bikin capek.
Kapan Jogjaku kembali seperti dulu?
Tenang dan Memanjakan.

Sedikit cerita, beberapa waktu yang lalu aku sempat ke Jakarta, dan rasanya memang padat, gerah dan sumpek.
Hmm apa iya Jogja akan seperti Jakarta? Solusi apa yang harus dilakukan supaya Jogja ku kembali seperti dulu?
Aku rindu Jogjaku yang dulu. Aku rindu lenggangnya jalan di Jogja, dan aku tak rela Jogja ku begini. Tapi aku bisa apa?

Berdoa, supaya Pemerintah Jogja dan kita semua sebagai orang yang tinggal di Jogja berlaku hidup sehat
dan mengupayakan jogja kembali seperti dulu. Sehat dan Subur.


Aku Galau, Jogja Begini.
@bertinakbar

Saat Terakhir

Cincin ini pernah dilepas oleh sepasang tangan dan saat itu pula bibirnya berucap
''dari mantan kekasih ya?'' (sebenarnya dia mengucapkan nama mantan kekasihku)

Aku menggeleng dan menyahut ''enggaklah''

Sayang aku tidak melihat muka bahagianya, hanya senyum kecil dan terus menghinaku 
''mesti 20 ewuan to? Hahaa'' 
Gelak tawanya.. Renyah, rasanya aku ingin terus berada disampingnya.. 
''pitu setengah'' jawabku

Masih, dia mengeluarkan senyuman tipis itu. Sial. Membuatku semakin luluh saja.

Setelah dia melepas cincin yang melingkar dijariku, dia menyematkan kembali. Hebat! Jantungku 'dheg'

                                                                               ***
Sayang sekali, hingga saat ini ia belum menghubungiku lagi setelah aku bertanya padanya sudahkah Ia dimiliki seseorang : |

Status bagi beberapa orang tidak penting. Dan aku, sebenernya hanya butuh kepastian, Yah, kepastian.

Tapi waktu berjalan, Ia ingin menyampaikan agar aku berhenti, bahwa seseorang yang ku harapkan tak lagi menginginkanku. Bahwa kedatangan dan kepergiannya sekarang telah usai. Saat ini hanya tinggal kepergian dan bayang semunya.

Tapi apa iya? Sudahkah Ia tidak akan kembali padaku? Ah, semakin melantur saja.

Ya Tuhan, Semoga Ia selalu Damai di atas sana. Amiin .. :))

Jagalah dia Ya Tuhan .. Jagalah sebaik dulu Dia pernah menjagaku :))