Minggu, 27 November 2011

Sahabat, tapi tak nyata


Bersahabat, itu benar-benar membutuhkan kecocokan, keikhlasan dan kesetiaaan.

Kecocokan, entah karena mempunyai banyak kesamaan, atau bahkan karena berlainan sifat. Kesamaan, jadi memudahkan orang-orang ini bertemu, akses, dan membagi cerita masing-masing. Kadang kalau memang sama, kesukaaan yang awalnya kesukaan seseorang, menjadi kesukaan bersama (misalnya baju atau apalah bukan cowok yg pasti)
Perbedaan, dengan adanya perbedaan, maka terjadilah saling melengkapi, bahkan saling pengertian dan paham satu sama lain.
Arti lain dari kecocokan adalah ke-sreg-an. Atau berasal dari kata sreg. Ya hampir mirip sama cocok tadi. Rasa nyaman, seneng kalo bareng dan pasti ngerasa gokil !

Keikhlasan dalam berteman ataupun bersahabat menurutku adalah tidak memilih-milih, mau berteman dengan siapapun tetapi tidak membeda-bedakan. (satu kalimat di atas mempunyai arti yang berbeda, maksutnya dalam kata memilih-milih dengan membeda-bedakan itu berbeda)

Kesetiaan, seseorang akan setia bila merasa hubungannya 'saling'.
Kita bisa kok ngrepotin orang, minta bantuan teman, karena teman ada itu untuk direpotkan (kata kiki)
Tetapi teori ini akan berjalan bilamana terjalin sebuah hubungan yang saling.
Seseorang merepotkan seseorang lain, tetapi keesokan harinya, kejadian sebaliknya terjadi. Maka hubungan persahabatan atau pertemanan itu akan berlangsung lama. Seperti teori simbosis mutualisme :D

Aku pernah kecewa dengan orang-orang yang ku sebut 'sahabat'
Dulunya, ku pikir kita bermain bersama-sama adalah hal yang sangat menyenangkan. Setelah lama tidak bertemu, ada sesuatu yang terjadi yang tidak aku ketahui (bete iya, karena yang mereka bicarakan beda dengan apa yang aku pahami. Tapi yaudahlah yang penting juga ketemu temen-temen kok)
Semakin lama, arah pembicaraaannya semakin tidak aku mengerti, akhirnya aku sakit hati sendiri dan itu terjadi pada waktu-waktu terakhir kami bersama. Jadi sering banget kita bertemu dengan keadaan seperti itu. Aku berusaha masuk dalam imajinasi mereka, tapi aku mental dan jatuh, tak dapat apa-apa!
Alhasil, aku tidak merasakan nyaman, (jujur, bukan karena aku tidak mau mengerti hanya mereka yang tidak mau membagi. Ohhhh. SAKIT !)dan BYE!

Aku gak menuntut seperti apa, harus bagaimana, cuma aku mungkin sedang merasakan kecewa, temanku yang dulu apa-apa pasti denganku sekarang sudah berbeda. Tapi dalam hati aku hanya berkata dan berharap 'mereka sedang bahagia tak bersamaku'
Suatu hari mereka akan ingat dan bersama.
Kalaupun tidak, aku yakin Allah punya jalan dan cara sendiri untuk menunjukkan siapa orang yang pantas bersanding denganku, membagi cerita dan lain sebagainya.
Terimakasih ya Allah

1 komentar: