Senin, 11 September 2017

Akhir Perjalanan

Ini adalah sepucuk surat dari Junior yang ditujukan untuk Sinar, teman sepermainannya selama satu tahun terakhir. Surat itu sampai di tangan Sinar, sebelum akhirnya Junior berpamitan dan tak kembali lagi. 

Teruntuk 

Sinar Rembulan yang baik. 

Apa Kabar? Semoga Sinar senantiasa dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan ya. 
Di hari Jum'at yg baik ini, saya mohon dibukakan pintu maaf selebar-lebarnya atas segala kesalahan dan kekhilafan selama ini. Terimakasih juga atas semua waktu dan perhatian yang pernah Sinar curahkan ke saya selama satu tahun terakhir. Perjalanannya memang tak mudah, dan perjalanan ini harus kita akhiri sampai disini. Sebelum semakin lama masing-masing dari kita tersakiti semakin dalam.

Saya merasa hubungan ini memang sudah tiba pada ujung perjalanannya. Saya selalu berpikir semua hal pasti bisa diperbaiki, seperti halnya penyakit yang selalu ada obatnya. Tapi ternyata ada hal- hal yang diluar kemampuan kita untuk memperbaiki. Kita sudah pernah sama-sama mencoba memperbaiki tapi selalu berakhir dengan kerusakan yang lain.

Dari situ saya nilai memang sudah waktunya ini semua diakhiri. Sudah waktunya dikubur semua harapan dan cita-cita. Email pernah menjadi perantara saya dan Sinar selama ini. Saya tau Sinar juga capekkan. Begitu juga dengan saya.

Saya mohon maaf bila selama ini banyak menuntut hal-hal yang tak seharusnya. Saya mohon maaf sering membuat Sinar marah. Saya mohon maaf karena sering marah- marah juga.

 Sekali lagi, Saya mohon maaf atas semua kesalahan yang Saya perbuat ke Sinar.

Saya pamit. Saya undur diri. Saya ingin menikmati kesendirian. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga ya. Terimakasih banyak atas waktu dan perhatiannya selama satu tahun belakangan. Sesuatu yang akan senantiasa dikenang dan terkenang segala kebaikan Sinar. Terimakasih banyak sekali lagi.

Salam 
Junior Pahlevi 


*tulisan ini sengaja saya ambil dan kutip dari penulis asli, tulisan ini ditujukan pada Sinar Rembulan. Meski belum sampai di tangan Sinar, tapi ada saja jalan untuk bertemu dengan surat ini. Sinar tak pernah mau membaca surat ini sesungguhnya, tapi satu bulan terakhir, Sinar akhirnya menyelesaikan tulisan ini, Ia akhirnya membaca sampai tuntas setelah Ia tahu Junior sudah tenang, menghadap Ilahi.

Sila kan pergi Kembali

"bukan tipe saya itu Mba, putus tali silaturahim setelah semuanya terjadi." sahutnya.

Mataku sayup sayup mengingat ia pernah mengatakan hal itu padaku. Aku masih ingat jelas, kalimat itu keluar sangat lantang dan percaya diri. Seolah mencoba meyakinkan aku bahwa dia tetap akan menjadi seorang anak lelaki yang baik, seperti biasa.

Namun entah mengapa, kalimat itu tiba-tiba luntur, setelah aku tak sengaja mendengar isak tangis seorang wanita parubaya di ujung telepon. Suaranya yang naik turun membuatku bingung bagaimana Aku harus bertindak. Teramat susah menerima kenyataan, bahwa seorang Ibu itu kini terus menangis.

Entah mengapa, mungkin karena kenangan? Iya bisa jadi, kenangan mampu membangkitkan sel-sel mati menjadi bangun dan tumbuh subur, hingga membunuh segala rasa sayang,
peduli, kesopanan dan menjadikan seseorang lebih egois.

Tapi bukankah begitu hakikat kenangan? menusuk tapi ternikmati. Nampak keras tapi mampu bercampur pada ulu hati. Kombinasi super yang membuat seseorang memiliki energi tinggi untuk Kembali.


@bertinakbar