Teruslah menjadi demikian, teruskanlah aku tau itu engkau. benar benar engkau.
engkau yang aku benar cinta, engkau yang aku sungguh rindu. Engkau yang entah masih mengenaliku atau tidak.
Teruskanlah berbuat demikian, melihatku layak tak pernah
melirikku, seperti tak pernah mengajakku berkenalan, merancang kencan, menonton film bersama bahkan
sedikitpun, kamu tak ingat bahwa telingamu pernah sakit akibat terlalu lama berbicara
padaku ditelpon.
Sepait itu, sugguh tak ingatkah padaku?
Sepait itu, sugguh tak ingatkah padaku?
Aku masih sama seperti dulu, yang masih memburumu, masih
menunggu surat surat darimu datang, masih berharap datangnya tukang pos atau Gojek
atau Grab bike membawakan aku kue ulang tahun, bunga mawar putih yang
dirangkai dari 20 tangkai atau satu kardus chocolate Choki Choki. Semua itu
tak ada. kemana larinya ojek online itu? tukang pos? atau pedagangnya yang
kemana?
apa apaan ini? Ini apa? Bisakah kau jelaskan padaku?
Hari sabtu malam aku menunggumu hingga berganti menjadi
senin pagi, berada dalam salah satu loteng warung makan siap saji, naum kamu
tak datang. Iya tanpa kesepakatan kita, aku datang dengan keinginanku yang
kuat. tapi kau bukankah biasa mencariku di pojok tempat itu? sambil melihat
bangunan bangunan dibangun dan menyeruput es kopi di tengah kota itu.
Pelayan warung makan itu tau aku tak berganti baju hingga 2
hari, dia iba padaku, menawarkan aku teh panas padahal tak pasti tak ada
dimenu.
Senin pagi sebelum aku putuskan pulang, sengaja kutemukan tenggorokanku dengan teh panas
itu. Nyaman sekali rasanya, meski mataku semmbab dan perutku kembung karena tak ada satu makananpun masuk dalam perutku. Hmm aku kini berada
dalam satu pagi dengan kenyataan baru dan semangat yang harus ku pompa untuk
memulai hari, serta selanjutnya kurasa.
Nafas panjang ku lepaskan, ku buka Novemberku demikian.
Nafas panjang ku lepaskan, ku buka Novemberku demikian.
Terimakasih kamu, teruslah begitu, nyamanlah dengan keadaan
itu dengan membuat orang lain gelisah memikikan engkau. Harus ku biasakan kedinginan, karena kini aku tak lagi bisa memahami
kamu, teramat sulit bagiku menggenggammu. Kini saatnya aku pulang dan jadi
manusia gegabah lagi. Semoga kamu tenang disana.