Sabtu, 26 Januari 2013

"Males"

Aku yo ra reti artine kui opo
Aku yo ra reti ngopo nulis iki
Aku yo ra reti rasa ne pie nek ngono kui

Yo maaf nek aku rung reti kudu pie nek koe ngono
Yo maaf nek aku isih ngene
Yo maaf aku mung iso ndonga supoyo ..........................................................

Malah Ngopo Ber ?!@#

Awal awal aku masuk semester lima. Awal awal aku masuk dalam bayang semuku. Maksudku, bahagiaku yang semu.
Aku masih mantap untuk menahan egoku agar aku bisa merubah sikapku, memperbaiki latarku dan aspek kekuranganku. Hanya untuknya.
Bodoh, sempit, kanak-kanak, itulah aku. Hanya sebatas memikirkan untuk memperbaiki diri kemudian melihatnya kembali, sudahkah Ia melakukan hal yang sama? Sudahkah Ia berkorban pula untukku?
Ah, semu. Semuanya semu.
Aku kembali terperangah mellihat bayangan yang hadir melengkapi seseorang disana, yah tepat menduduki kursiku, maksudku menduduki yang kemarin pernah aku singgahi.
Sudahlah, kalo orang jawa bilang 'mambu'
Wis mambu, raiso dinget meneh.
Mambu ya mambu. Mambu kaya kamu. Mambu kaya hubunganku sama kamu. Mandek lan buntu. Mambu, wes, sampun mambu. Sampun kadaluarso.
Dan spertinya jika membicarakan yang mambu itu ga etis ya twips :))

                                                                               ****
Tuhan memberiku sebuah jalan lain, yah aku kira itu juga cobaan. Yah, sepertinya memang aku gagal memanfaatkannya kembali.
Jalan lain itu juga agak sat. Agak buntu, jalannya juga terlalu macet, terlalu banyak yang lewat, terlalu menarik untuk tidak dilewati soalnya. Dan aku salah seorang yang pengen banget ngelewatin. Tapi ....
Ternyata jalan itu ngasih space khusus buatku, Subhanallah.
Aku bisa lewat dengan mudah, dengan hangat dan dengan nyaman.

Jalanstimewa
Jalan jalan di kota istimewa, mana lagi kalo bukan Jogja.
Pas jalan, nemu seorang cowok. Hmm Brian Jikustik. Pesonanya nyanyiin lagu Puisi nya Jikustik. Bbbbeeeeh! Sedaaaaap. Merinding banget. Apalagi ada Sandy Sondhoro. Tak pernah padam. Mak, suaranyaaaaa!
Aku sih ya, ikut nyanyi, berdiri bahkan. Lha kok ada yang diem aja?
Iseng. Aku bilang
"Ternyata kamu orangnya pendiam ya?"
"Iya, aku pendiam dan ga suka banyak bicara"

Ada satu kalimat lagi yang aku pengen denger, tapi mulutnya mengunci. Diem. Oh brati dia emang mau menikmati musiknya dengan serius! (?)

Well, itu gak penting, yang penting aku nonton duduk berdua, eh beribu-ribu orang sih sebenernya, namanya juga di gedung konser. Tapi, ah entahlah.
Waktu itu si cantik Mbak Andien masih kurus tapi anggun, terus si manis Monita juga manisnya mak.
Yang subur cuma si Mbak Rieke Roeslan yang seneng banget bisa ngajak audience nyanyi bareng.
Yang romantis banget pasangan Endah And Rhesa. Tapi sayang yang ganteng gak ada. Eh Ya yang disebelahku itu, tapi dulu.
Dan dulu, (sepertinya sudah) mambu :S

Kamis, 03 Januari 2013

(Masih) Galau

Ini bukan tentang aku dan kamu, bukan pula tentangnya, apalagi tentang kamu dengannya, sangat bukan!
Ini tentang aku dan kotaku, Jogja!

Jogjakarta yang dulu ku kenal tak begini
Jogjakarta yang menjadi saksi tumbuh dan berkembanya aku, kini telah berubah

Usiaku memang baru 20 tahun, namun Kota Jogja tengah berusia 257 tahun.
Dan aku hanyalah sebagian kecil dari Jogja. Namun aku kecewa bukan main ketika Jogja menjadi seperti ini.
Macet, Padat dan bejubel dimana-mana.
Aku baru sebentar merasakan perubahan jogja.
Lalu, bagaimana perasaan orang - orang terdahulu jika tahu Jogja menjadi seperti ini sekarang?

Jogja memang kota budaya, kota pendidikan yang terus mengundang manusia manusia untuk datang ke Jogja.
Namun, semakin hari, semakin banyak pendatang, area perbisnisanpun kian tinggi,
sehingga tumbuhan dan lahan yg luas pun sangat minim dijumpai.

Sedih bukan main, ketika merasakan Jogjaku seperti ini.
Tak hanya orang asli Jogja, mungkin, pendatangpun juga merasakan hal yang sama. Sumpek dan bikin capek.
Kapan Jogjaku kembali seperti dulu?
Tenang dan Memanjakan.

Sedikit cerita, beberapa waktu yang lalu aku sempat ke Jakarta, dan rasanya memang padat, gerah dan sumpek.
Hmm apa iya Jogja akan seperti Jakarta? Solusi apa yang harus dilakukan supaya Jogja ku kembali seperti dulu?
Aku rindu Jogjaku yang dulu. Aku rindu lenggangnya jalan di Jogja, dan aku tak rela Jogja ku begini. Tapi aku bisa apa?

Berdoa, supaya Pemerintah Jogja dan kita semua sebagai orang yang tinggal di Jogja berlaku hidup sehat
dan mengupayakan jogja kembali seperti dulu. Sehat dan Subur.


Aku Galau, Jogja Begini.
@bertinakbar

Saat Terakhir

Cincin ini pernah dilepas oleh sepasang tangan dan saat itu pula bibirnya berucap
''dari mantan kekasih ya?'' (sebenarnya dia mengucapkan nama mantan kekasihku)

Aku menggeleng dan menyahut ''enggaklah''

Sayang aku tidak melihat muka bahagianya, hanya senyum kecil dan terus menghinaku 
''mesti 20 ewuan to? Hahaa'' 
Gelak tawanya.. Renyah, rasanya aku ingin terus berada disampingnya.. 
''pitu setengah'' jawabku

Masih, dia mengeluarkan senyuman tipis itu. Sial. Membuatku semakin luluh saja.

Setelah dia melepas cincin yang melingkar dijariku, dia menyematkan kembali. Hebat! Jantungku 'dheg'

                                                                               ***
Sayang sekali, hingga saat ini ia belum menghubungiku lagi setelah aku bertanya padanya sudahkah Ia dimiliki seseorang : |

Status bagi beberapa orang tidak penting. Dan aku, sebenernya hanya butuh kepastian, Yah, kepastian.

Tapi waktu berjalan, Ia ingin menyampaikan agar aku berhenti, bahwa seseorang yang ku harapkan tak lagi menginginkanku. Bahwa kedatangan dan kepergiannya sekarang telah usai. Saat ini hanya tinggal kepergian dan bayang semunya.

Tapi apa iya? Sudahkah Ia tidak akan kembali padaku? Ah, semakin melantur saja.

Ya Tuhan, Semoga Ia selalu Damai di atas sana. Amiin .. :))

Jagalah dia Ya Tuhan .. Jagalah sebaik dulu Dia pernah menjagaku :))